Thursday, August 10, 2017

History is written by the victor; idiom populer ini selalu menjadi perdebatan di kalangan sejarawan, namun bagi saya ada  pelajaran besar yang dapat dipetik  : sejarah dibentuk oleh pihak yang menulis, terlepas dia pemenang atau tidak.
Sejarah Dibentuk Oleh Mereka Yang Menulis

Marcopolo The Explorer
Sebuah legenda menyebutkan bahwa pasta Itali yang mahsyur dibawa oleh penjelajah tangguh Marco Polo setelah melakukan perjalanan ke Tiongkok pada abad ke 11. Dalam perjalanannya ke dunia timur selama 24 tahun tersebut, Marco Polo menemukan bahwa masyarakat Tiongkok gemar mengonsumsi produk olahan tepung gandum dan telur yang berbentuk seperti kumis kucing, makanan ini mereka sebut sebagai miantiao; alias mie.
Karena terpesona oleh kelezatannya, Marcopolo membawa kuliner baru ini ke kampung asalnya, Venesia. Rupanya rekan-rekan Marcopolo yang mayoritas bangsawan Itali pada periode itu sangat doyan dengan kelezatan dari kuliner eksotis dari negeri seberang ini. Akhirnya mie pun diadopsi didunia barat kedalam aneka hidangan pasta populer seperti lasagna, fettucini maupun sphagetti.
Bertahun-tahun kita percaya bahwa bangsa Tiongkoklah penemu cikal bakal pasta pertama kali di dunia. Apalagi karena kebiasaan bangsa Tiongkok yang senang menulis, resep mie dapat ditelusuri hingga jaman dinasti Han (206 Sebelum Masehi).
Namun demikian, sebuah penelitian tahun 2011 rupanya mengungkapkan sebuah penemuan yang membuat geger dunia pasta. Tiga abad sebelum resep mie ditorehkan di buku memasak kerajaan dinasti Han, rupanya terdapat peninggalan pada reruntuhan kota Lagana yang menjadi bukti bahwa bangsa Yunanilah yang pertama kali mengolah pasta di muka bumi.
Bahkan melalui jalur peta perdagangan Yunani, Arab dan Cina pada periode itu, terdapat indikasi bahwa sebenarnya bangsa Tiongkok-lah yang sebenarnya mengadopsi panganan mie dari bangsa Yunani.
Sialnya, bangsa Yunani bukanlah bangsa yang senang menulis resep, sehingga walaupun terdapat berbagai peninggalan pasta lagana tersebut, sejarawan tetap merujuk bangsa Tiongkok sebagai penemu hidangan pasta pertama di muka bumi.
Kisah di atas, menjadi ilustrasi bagaimana pengaruh tulisan dapat menentukan arah sejarah dan pemahaman umat manusia ke depan mengenai sesuatu hal.

Pengalaman Pribadi Dalam Menulis Blog
Mengetahui betapa krusialnya tulisan dalam membangun peradaban, membangkitkan keinginan saya untuk memulai budaya menulis didalam diri. Namun apa lacur, selama bertahun-tahun, berkat tekanan dari pendidikan formal maupun dari lingkungan sekitar, kegiatan menulis menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan bagi saya. Tekanan ini muncul akibat saya terpaksa menulis topik yang tidak saya sukai, dengan gaya bahasa yang tidak saya sukai dan pada tenggat waktu yang juga lagi-lagi...tidak saya sukai.
Selama bertahun-tahun kegiatan menulis saya lakukan hanya untuk formalitas belaka, hanya untuk menyampaikan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan pendidikan atau pekerjaan, tidak kurang dan tidak lebih.
Meskipun begitu, keinginan untuk belajar menulis tetap ada, saya mencoba secara otodidak untuk mempelajari struktur dan gaya tulisan di beberapa media. Namun demikian, bahasa koran yang cenderung hanya melaporkan tidak menggugah gairah menulis saya, bahasa majalah yang cenderung populer juga tidak menarik minat saya dengan alasan sulit diimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari.
Saya cukup beruntung karena perundungan tersebut tidak berlangsung lama, tuntutan untuk mencari informasi mengenai kebijakan moneter menuntun saya untuk menjumpai beberapa artikel blog milik senior di Bank Indonesia. Berbeda dengan medium lain yang terpaku dengan gaya tertentu, gaya menulis pada artikel blog saya nilai lebih dinamis, lebih bebas dan lebih lepas.
Teori mengenai peran dan fungsi bank sentral yang njlimet dapat diterangkan dengan gaya yang lebih membumi pada Blog Pak Iwan Djunanto. Penjelasan mengenai perkembangan kebijakan moneter yang membosankan dapat dikemas dengan apik dan menarik pada artikel blog Pak Gatot Manan. Dan masih banyak contoh lain blogger Bank Indonesia lain yang menginspirasi saya.
Ini medium menulis gue! Asyik sepertinya menulis blog sambil menyeruput secangkir kopi panas di kafe! Begitu kira-kira pikiran saya kala itu. Namun demikian sayangnya (1) load pekerjaan yang sangat tinggi membuat saya harus berpikir 2 kali untuk meluangkan waktu menulis (2) saya tidak punya laptop untuk nongkrong.
Pucuk dicinta ulam tiba, pada medio tahun 2014, Departemen Komunikasi BI mengadakan Kompetisi BLOG Bank Indonesia dengan hadiah laptop. Tergiur dengan hadiah yang ditawarkan dan didorong oleh keinginan untuk belajar nge-Blog, saya mulai mencoba untuk menulis artikel BLOG untuk diikutkan dalam lomba dimaksud.
Namun demikian sayangnya, pada event tersebut saya belum dapat meraih podium juara. Namun demikian saya tidak menyesal mengikuti lomba dimaksud, karena melalui partisipasi pada lomba Blog, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop menulis & komunitas Blogger Bank Indonesia.
Melalui berbagai pelatihan dan workshop yang diselenggarakan, pengetahuan saya mengenai diksi, angle, struktur kalimat dan kepercayaan diri dalam menulis semakin meningkat. Dalam workshop tersebut, saya juga menjadi terdasar bahwa, seluruh pegawai Bank Indonesia adalah agen komunikasi, dan salah satu media yang dapat kita gunakan untuk menjelaskan kebijakan Bank Indonesia secara membumi adalah media Blog.

Peran Blog Dalam Mencapai Visi BI 2024
Bank Indonesia kini sedang berjuang untuk menjadi visinya sebagai bank sentral terbaik di regional tahun 2024. Untuk mencapai visi tersebut, pemahaman mengenai kebijakan bank sentral tidak hanya harus dipahami oleh internal Bank Indonesia, namun juga khalayak umum. Agar pesan yang disampaikan dapat dipandang dari kacamata awam, selain menggunakan bauran komunikasi formal, pegawai Bank Indonesia juga harus secara proaktif mendukung proses komunikasi kebijakan BI, salah satu upaya yang dapat dilakukan, ya dengan menulis Blog.
Saya ingin menjadi bagian dari transformasi BI sebagai bank sentral terbaik di regional. Secara pribadi saya juga ingin menjadi penulis yang lebih baik. Hal inilah yang terus memovitasi saya untuk mencoba belajar menulis Blog.
Saya telah menulis di beberapa medium seperti koran, artikel majalah milik pemerintah daerah dan blog. Namun demikian menurut saya blog adalah salah satu sarana terbaik untuk berlatih menulis, karena selain adanya kebebasan memilih topik, juga ada sense of accomplishment ketika kita mempublikasikan suatu tulisan secara online. Mengetahui tulisan saya dibaca oleh orang lain dan mendapatkan feedback baik positif atau negatif membuat saya terdorong untuk menulis lebih banyak dan lebih baik lagi.
 Saya juga merasa bahwa dengan menjadi seorang blogger saya jadi lebih banyak membaca, terutama tulisan dari rekan-rekan blogger yang lain. Tentu saja hal ini memperluas pengetahuan saya dan menginspirasi saya dalam banyak hal. Tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa saya dapat membaca tentang perspektif yang berbeda-beda dalam memandang suatu masalah dan hal ini membuat saya belajar bahwa perbedaan pendapat bukanlah hal yang perlu dicemaskan tetapi justru dapat menjadi kunci dalam suatu pemecahan masalah.
Sebagai seorang pegawai Bank Indonesia dan blogger pemula, saya merasa bangga dan beruntung dapat berada di lingkungan kerja yang sangat mendukung dan mengapresiasi karyawannya dalam hal menulis. Saya merasa strategi yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia untuk menumbuhkan minat menulis melalui Blogging sudah sangat baik, karena selain dapat meningkatkan kualitas pekerjaan para pegawai, dengan memfasilitasi kegiatan blogging, Bank Indonesia juga dapat menjangkau kalangan yang lebih luas ketika diperlukannya sosialisasi kebijakan-kebijakan baru.
Dengan adanya komunitas blogger BI, penyampaian informasi mengenai kebijakan atau inovasi perbankan baru menjadi lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat. Para blogger dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui tulisan di blognya secara lebih membumi, dengan kata-kata dan istilah yang lebih membaur sehingga masyarakat dapat lebih memahami informasi yang ingin disampaikan. Para blogger juga merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk menjelaskan sudut pandang instansi apabila muncul isu-isu meresahkan yang perlu diluruskan di masyarakat tentang suatu kebijakan baru.

Bank Indonesia merupakan lembaga yang memahami dan dapat memanfaatkan teknologi dan tren jurnalistik yang berkembang pada saat ini. Dengan memelihara dan mengembangkan kemampuan dan kreativitas menulis para pegawainya, Bank Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang mampu menorehkan ide-idenya sehingga inovasi-inovasi baru yang bermanfaat pun akan semakin marak. Bank sentral yang mampu menyatukan tren, teknologi dan memupuk skill dari para talentnya merupakan bank sentral yang siap menuju visi sebagai bank sentral terbaik di regional. Sedangkan bank sentral yang menyampaikan kebijakannya melalui tulisan merupakan bank sentral yang siap mengukir sejarah.