History is written by
the victor; idiom populer ini selalu menjadi perdebatan di kalangan sejarawan, namun
bagi saya ada pelajaran besar yang dapat
dipetik : sejarah dibentuk oleh pihak
yang menulis, terlepas dia pemenang atau tidak.
Sejarah Dibentuk Oleh Mereka Yang Menulis
Marcopolo The Explorer
Sebuah legenda menyebutkan bahwa pasta Itali yang mahsyur
dibawa oleh penjelajah tangguh Marco Polo setelah melakukan perjalanan ke
Tiongkok pada abad ke 11. Dalam perjalanannya ke dunia timur selama 24 tahun
tersebut, Marco Polo menemukan bahwa masyarakat Tiongkok gemar mengonsumsi
produk olahan tepung gandum dan telur yang berbentuk seperti kumis kucing,
makanan ini mereka sebut sebagai miantiao; alias mie.
Karena terpesona oleh kelezatannya, Marcopolo membawa
kuliner baru ini ke kampung asalnya, Venesia. Rupanya rekan-rekan Marcopolo
yang mayoritas bangsawan Itali pada periode itu sangat doyan dengan kelezatan dari
kuliner eksotis dari negeri seberang ini. Akhirnya mie pun diadopsi didunia
barat kedalam aneka hidangan pasta populer seperti lasagna, fettucini maupun
sphagetti.
Bertahun-tahun kita percaya bahwa bangsa Tiongkoklah
penemu cikal bakal pasta pertama kali di dunia. Apalagi karena kebiasaan bangsa
Tiongkok yang senang menulis, resep mie dapat ditelusuri hingga jaman dinasti
Han (206 Sebelum Masehi).
Namun demikian, sebuah penelitian tahun 2011 rupanya
mengungkapkan sebuah penemuan yang membuat geger dunia pasta. Tiga abad sebelum
resep mie ditorehkan di buku memasak kerajaan dinasti Han, rupanya terdapat peninggalan
pada reruntuhan kota Lagana yang menjadi bukti bahwa bangsa Yunanilah yang
pertama kali mengolah pasta di muka bumi.
Bahkan melalui jalur peta perdagangan Yunani, Arab dan
Cina pada periode itu, terdapat indikasi bahwa sebenarnya bangsa Tiongkok-lah yang
sebenarnya mengadopsi panganan mie dari bangsa Yunani.
Sialnya, bangsa Yunani bukanlah bangsa yang senang
menulis resep, sehingga walaupun terdapat berbagai peninggalan pasta lagana
tersebut, sejarawan tetap merujuk bangsa Tiongkok sebagai penemu hidangan pasta
pertama di muka bumi.
Kisah di atas, menjadi ilustrasi bagaimana pengaruh
tulisan dapat menentukan arah sejarah dan pemahaman umat manusia ke depan
mengenai sesuatu hal.
Pengalaman Pribadi Dalam Menulis Blog
Mengetahui betapa krusialnya tulisan dalam membangun peradaban,
membangkitkan keinginan saya untuk memulai budaya menulis didalam diri. Namun
apa lacur, selama bertahun-tahun, berkat tekanan dari pendidikan formal maupun
dari lingkungan sekitar, kegiatan menulis menjadi pengalaman yang kurang
menyenangkan bagi saya. Tekanan ini muncul akibat saya terpaksa menulis topik
yang tidak saya sukai, dengan gaya bahasa yang tidak saya sukai dan pada
tenggat waktu yang juga lagi-lagi...tidak saya sukai.
Selama bertahun-tahun kegiatan menulis saya lakukan hanya untuk formalitas
belaka, hanya untuk menyampaikan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan
pendidikan atau pekerjaan, tidak kurang dan tidak lebih.
Meskipun begitu, keinginan untuk belajar menulis tetap ada, saya mencoba
secara otodidak untuk mempelajari struktur dan gaya tulisan di beberapa media.
Namun demikian, bahasa koran yang cenderung hanya melaporkan tidak menggugah
gairah menulis saya, bahasa majalah yang cenderung populer juga tidak menarik
minat saya dengan alasan sulit diimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari.
Saya cukup beruntung karena perundungan tersebut tidak berlangsung lama,
tuntutan untuk mencari informasi mengenai kebijakan moneter menuntun saya untuk
menjumpai beberapa artikel blog milik senior di Bank Indonesia. Berbeda dengan
medium lain yang terpaku dengan gaya tertentu, gaya menulis pada artikel blog
saya nilai lebih dinamis, lebih bebas dan lebih lepas.
Teori mengenai peran dan fungsi bank sentral yang njlimet dapat diterangkan
dengan gaya yang lebih membumi pada Blog Pak Iwan Djunanto. Penjelasan mengenai
perkembangan kebijakan moneter yang membosankan dapat dikemas dengan apik dan
menarik pada artikel blog Pak Gatot Manan. Dan masih banyak contoh lain blogger
Bank Indonesia lain yang menginspirasi saya.
Ini medium menulis gue! Asyik sepertinya menulis blog sambil menyeruput
secangkir kopi panas di kafe! Begitu kira-kira pikiran saya kala itu. Namun
demikian sayangnya (1) load pekerjaan yang sangat tinggi membuat saya harus
berpikir 2 kali untuk meluangkan waktu menulis (2) saya tidak punya laptop
untuk nongkrong.
Pucuk dicinta ulam tiba, pada medio tahun 2014, Departemen Komunikasi BI
mengadakan Kompetisi BLOG Bank Indonesia dengan hadiah laptop. Tergiur dengan
hadiah yang ditawarkan dan didorong oleh keinginan untuk belajar nge-Blog, saya
mulai mencoba untuk menulis artikel BLOG untuk diikutkan dalam lomba dimaksud.
Namun demikian sayangnya, pada event tersebut saya belum dapat meraih
podium juara. Namun demikian saya tidak menyesal mengikuti lomba dimaksud,
karena melalui partisipasi pada lomba Blog, saya mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti workshop menulis & komunitas Blogger Bank Indonesia.
Melalui berbagai pelatihan dan workshop yang diselenggarakan, pengetahuan
saya mengenai diksi, angle, struktur kalimat dan kepercayaan diri dalam menulis
semakin meningkat. Dalam workshop tersebut, saya juga menjadi terdasar bahwa,
seluruh pegawai Bank Indonesia adalah agen komunikasi, dan salah satu media
yang dapat kita gunakan untuk menjelaskan kebijakan Bank Indonesia secara
membumi adalah media Blog.
Peran Blog Dalam Mencapai Visi BI 2024
Bank Indonesia kini sedang berjuang untuk menjadi visinya sebagai bank
sentral terbaik di regional tahun 2024. Untuk mencapai visi tersebut, pemahaman
mengenai kebijakan bank sentral tidak hanya harus dipahami oleh internal Bank
Indonesia, namun juga khalayak umum. Agar pesan yang disampaikan dapat
dipandang dari kacamata awam, selain menggunakan bauran komunikasi formal,
pegawai Bank Indonesia juga harus secara proaktif mendukung proses komunikasi
kebijakan BI, salah satu upaya yang dapat dilakukan, ya dengan menulis Blog.
Saya ingin menjadi bagian dari transformasi BI sebagai bank sentral terbaik
di regional. Secara pribadi saya juga ingin menjadi penulis yang lebih baik. Hal
inilah yang terus memovitasi saya untuk mencoba belajar menulis Blog.
Saya telah menulis di beberapa medium seperti koran, artikel majalah milik
pemerintah daerah dan blog. Namun demikian menurut saya blog adalah salah satu
sarana terbaik untuk berlatih menulis, karena selain adanya kebebasan memilih
topik, juga ada sense of accomplishment ketika
kita mempublikasikan suatu tulisan secara online. Mengetahui tulisan saya
dibaca oleh orang lain dan mendapatkan feedback baik positif atau negatif
membuat saya terdorong untuk menulis lebih banyak dan lebih baik lagi.
Saya juga merasa bahwa dengan
menjadi seorang blogger saya jadi lebih banyak membaca, terutama tulisan dari
rekan-rekan blogger yang lain. Tentu saja hal ini memperluas pengetahuan saya dan
menginspirasi saya dalam banyak hal. Tetapi yang lebih penting lagi adalah
bahwa saya dapat membaca tentang perspektif yang berbeda-beda dalam memandang
suatu masalah dan hal ini membuat saya belajar bahwa perbedaan pendapat
bukanlah hal yang perlu dicemaskan tetapi justru dapat menjadi kunci dalam suatu
pemecahan masalah.
Sebagai seorang pegawai Bank Indonesia dan blogger pemula, saya merasa bangga dan beruntung dapat berada di
lingkungan kerja yang sangat mendukung dan mengapresiasi karyawannya dalam hal
menulis. Saya merasa strategi yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi Bank
Indonesia untuk menumbuhkan minat menulis melalui Blogging sudah sangat baik, karena
selain dapat meningkatkan kualitas pekerjaan para pegawai, dengan memfasilitasi
kegiatan blogging, Bank Indonesia juga dapat menjangkau kalangan yang lebih
luas ketika diperlukannya sosialisasi kebijakan-kebijakan baru.
Dengan adanya komunitas blogger
BI, penyampaian informasi mengenai kebijakan atau inovasi perbankan baru
menjadi lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat. Para blogger dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui
tulisan di blognya secara lebih membumi, dengan kata-kata dan istilah yang
lebih membaur sehingga masyarakat dapat lebih memahami informasi yang ingin disampaikan.
Para blogger juga merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk menjelaskan
sudut pandang instansi apabila muncul isu-isu meresahkan yang perlu diluruskan
di masyarakat tentang suatu kebijakan baru.
Bank Indonesia merupakan lembaga yang memahami dan dapat
memanfaatkan teknologi dan tren jurnalistik yang berkembang pada saat ini.
Dengan memelihara dan mengembangkan kemampuan dan kreativitas menulis para
pegawainya, Bank Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang mampu
menorehkan ide-idenya sehingga inovasi-inovasi baru yang bermanfaat pun akan
semakin marak. Bank sentral yang mampu menyatukan tren, teknologi dan memupuk
skill dari para talentnya merupakan bank sentral yang siap menuju visi sebagai
bank sentral terbaik di regional. Sedangkan bank sentral yang menyampaikan kebijakannya
melalui tulisan merupakan bank sentral yang siap mengukir sejarah.