Sunday, July 31, 2016

Kurangi Mubazir Dengan Teknologi Mutakhir

Pada abad ke-21 ini perkembangan populasi, khususnya pada daerah perkotaan, menjadi salah satu permasalahan utama di hampir seluruh kota di dunia. Manusia telah berevolusi dari spesies hunter-gatherer menjadi spesies urban. Hal ini dibuktikan dengan persentasi penghuni kota yang kian meningkat, dari angka 3% per jumlah penduduk dunia pada abad ke-18, hingga 30% per tahun 1950 yang lalu menjadi 50% per tahun 2008, dan diperkirakan untuk terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Semakin tingginya densitas penduduk kota dan terbatasnya sumber daya yang ada tentu saja menimbulkan problematika klasik dimana supply tidak dapat memenuhi demand. Salah satu pakar ICT dan Smart City developer, Larissa Suzuki, pada salah satu presentasi TEDx Talks mengemukakan bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kota dengan sistem pengelolaan sumber daya yang tersedia saat ini maka dalam 40 tahun kedepan kita akan memerlukan tiga buah planet bumi. Suzuki juga mengungkapkan bahwa diskonektivitas antara satu sektor ke sektor yang lain dalam sistem perkotaan adalah hal utama yang menyebabkan terjadinya waste, baik dalam bentuk sumber daya alam, energi, waktu dan polusi. Agar suatu kota dapat mempertahankan pembangunan yang berkelanjutan, maka kita harus memperkecil terjadinya waste dengan meningkatkan efisiensi. Dan dengan sokongan teknologi yang ada saat ini maka konektivitas, integrasi data dan knowledge-sharing antar sektor dapat diciptakan sehingga efisiensi dapat terwujud. Peningkatan efisiensi untuk mengeliminasi waste yang didukung dengan aplikasi teknologi inilah yang menjadi landasan dari lahirnya konsep Smart City.
Sebuah smart city didefinisikan memiliki beberapa aspek kunci, yaitu: smart environment, smart governance, smart mobility, smart economy, smart living dan smart citizen. Menarik bagi saya, sebagai seorang penduduk kota, bahwa perubahan suatu kota menjadi sebuah smart city tidak selalu bersifat top-down, dimulai dari pemerintah kota kepada penduduk. Perubahan tersebut  juga bersifat bottom-up, dimulai dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan penduduknya dengan memanfaatkan tekonologi dan informasi yang ada. Smart citizen is indeed the making of smart cities. Dengan berbagai aplikasi teknologi yang tersedia masyarakat dapat mengidentifikasi dan mencari solusi dalam menghindari terjadinya waste dalam lingkungan dan kesehariannya dan menjadikan kehidupan dan tempat hidupnya menjadi lebih baik.
A Waste of Time and Money
Tidak dapat dipungkiri jika waste sering terjadi dalam keseharian kita, dan dua hal yang sering terjadi adalah adanya waste dalam perkara uang dan waktu.
Ketika kita bertransaksi dengan memakai uang tunai untuk membayar tagihan yang jumlahnya tidak bulat, kita lebih sering menggunakan pecahan yang lebih besar daripada uang pas. Terkadang kembalian yang kita dapatkan disimpan dengan sembarangan karena terburu-buru dan lalu terlupakan atau bahkan hilang. Ini merupakan waste yang sebenarnya sering terjadi dan sering kita abaikan. Tetapi apabila kita akumulasikan transaksi per transaksi setiap bulan dan setiap tahunnya, tentu jumlahnya akan menjadi signifikan.
Alternatif dari pembayaran tunai ini tentu saja telah ada sejak lama. Masyarakat, khususnya di kota-kota besar, pun sudah familier dalam menggunakan beragam layanan keuangan berbasis digital, khususnya Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan e-Money. Untuk pembayaran dengan nominal besar, masyarakat cenderung memilih untuk memakai kartu debit/kredit. Sedangkan untuk pembayaran mikro yaitu pembayaran dengan nominal kecil namun berfrekuensi tinggi solusinya adalah dengan menggunakan e-Money. Beberapa waktu yang lalu, PemProv DKI Jakarta dengan bekerjasama dengan Bank DKI dan Bank Indonesia juga telah resmi meluncurkan kartu Jakarta One. Peluncuran kartu ini adalah salah satu program dalam mendukung diwujudkannya Jakarta Smart City dan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik dan keterbukaan informasi. Kartu ini merupakan kartu multifungsi yang dapat untuk berbagai hal mulai dari pembayaran naik bus Transjakarta, RSUD, rusun, pajak, retribusi, parkir meter, MRT, asuransi BPJS hingga penyaluran kredit kepada pelaku usaha kecil menengah. Bayangkan betapa praktisnya jika alih-alih harus membawa uang tunai dan kartu-kartu yang membuat dompet kita menjadi berat, kita cukup hanya membawa satu kartu multifungsi saja.
Selain meminimalisasi kemungkinan terjadinya waste, penggunaan uang elekronik ini juga dapat menjadi salah satu sarana dalam mengontrol budget baik personal atau rumah tangga. Setap transaksi yang terjadi dengan menggunakan uang elektronik akan tercatat secara akurat pada sistem informasi bank yang bersangkutan. Data riwayat transaksi ini dapat diakses setiap saat oleh nasabah yang lalu dapat dipergunakan untuk membuat rencana keuangan yang lebih baik. Tentu saja hal ini harus didukung pula dengan terus mengedukasi masyarakat tentang penggunaan uang elektronik secara aman, bijak dan bertanggung jawab agar terbentuklah smart citizen yang mampu menggunakan uangnya dengan cerdas.
Aplikasi uang elektronik juga dapat berperan dalam mengurangi waste dalam hal waktu. Kemudahan transaksi yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja hanya dengan berbekal koneksi internet dan aplikasi m-banking yang ada didalam gadget kita tentu saja akan meminimasi waktu yang terbuang dibandingkan jika kita melakukan proses transaksi secara tunai. Kita tidak lagi harus bertansaksi secara face to face ketika hendak memesan makanan, mereservasi hotel, dan membeli tiket pesawat, tetapi cukup dengan memakai aplikasi seperti Gojek, dan membuka situs Agoda dan Traveloka. Dengan ini waktu tempuh yang dieliminasi untuk melakukan transaksi-transaksi tersebut secara langsung dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna.

Smart Money, Smart Living, Smart City

Perubahan dimulai dari hal-hal kecil. Sebagai penduduk kota marilah kita manfaatkan teknologi yang ada untuk memudahkan dan menata kehidupan kita dengan lebih baik. Dari mulai membiasakan diri untuk melakukan pembayaran secara elektronik, kita sudah dapat mengurangi dua jenis waste dan menjalani keseharian dengan lebih baik, smart living. Dan apabila setiap oenduduk telah menjadi smart citizen yang menjalankan smart living, tentu saja bukanlah mimpi untuk mewujudkan smart cities di negara kita tercinta ini.

No comments: